DIKSI
DIKSI
Pengertian dan Macam-Macamnya
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Fungsi dari diksi antara lain :- Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
- Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
- Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Macam macam hubungan makna :
- Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
- Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
- Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
- Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
- Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
- Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
- Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
- Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
Makna Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus.
Contoh :
Adik makan nasi.
Makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Makna Konotasi
Kalau makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya, maka seharusnya Makna Konotasi merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain. Terkadang banyak eksperts linguistik di Indonesia mengatakan bahwa makna konotasi adalah makna kiasan, padahal makna kiasan itu adalah tipe makna figuratif, bukan makna konotasi. Makna Konotasi tidak diketahui oleh semua orang atau dalam artian hanya digunakan oleh suatu komunitas tertentu. Misalnya Frase jam tangan.
Contoh:
Pak Slesh adalah seorang pegawai kantoran yang sangat tekun dan berdedikasi. Ia selalu disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Pada saat rapat kerja, salah satu kolega yang hadir melihat kinerja beliau dan kemudian berkata kepada sesama kolega yang lain “Jam tangan pak Slesh bagus yah”.
Dalam ilustrasi diatas, frase jam tangan memiliki makna konotasi yang berarti sebenarnya disiplin. Namun makna ini hanya diketahui oleh orang-orang yang bekerja di kantoran atau semacamnya yang berpacu dengan waktu. Dalam contoh diatas, Jam Tangan memiliki Makna Konotasi Positif karena sifatnya memuji
Makna konotasi dibagi menjadi 2 yaitu konotasi positif merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan, dan konotasi negatif merupakan kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.
1. Diksi
dan Gaya Bahasa
Gaya
bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Kalimat,
paragraf, atau wacana menjadi efektif jika dieksprikan dengan gaya bahasa yang
tepat. Gaya bahasa mempengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan,
kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita. Gaya resmi misalnya dapat membawa
pembaca/ pendengar ke dalam suasana serius dan penuh perhatian. Suasana tudak
resmi mengarahkan pembaca/ pendengar ke dalamsituasi rileks tapi efektif. Gaya
percakapan membawa suasana ke dalam situasi realistis.
Selain
itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca yang tepat
dapat menimbulkan nada kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi melalui
rangkaian kata yang disertai penekanan mampu menghasilkan daya persuasi yang
tinggi. Gaya bahasa berdasarkan nada yang dihasilkan pilihan kata ini ada tiga
macam, yaitu:
1. Gaya
bahasa bernada rendah (gaya sederhana) menghasilkan ekspresi pesan yang mudah
dipahami oleh berbagai lapisan pembaca, misalnya dalam buku-buku pelajaran,
penyajian fakta, dan pembuktian.
2. Gaya
bahasa bernada menengah, rangkaian kata yang disusun berdasarkan kaidah
sintaksis dengan menimbulkan suasana damai dan kesejukan, misalnya:
dalamseminar, kekeluargaan, dan kesopanan.
3. Gaya
bahasa bernada tinggi mengekspresikan maksud degnan penuh tenaga, menggunakan
pilihan kata yang penug vitalitas, energi, dan kebenaran universal. Gaya ini
menggunakan kata-kata yang penuh keagungan dan kemuliaan yang dapat
menghanyutkan emosi pembaca dan pendengarnya. Gaya ini sering digunakan
untuk menggerakkan massa dalam jumlah
yang sangat banyak.
2. Ketepatan
Kata
Diksi
adalah ketetapan pilihan kata. Penggunaan ketepatann pilihan kata ini
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif
yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mapu mengomunikasikannya
secaraefektif kapada pembaca dan pendengarnya. Indicator ketepatan kata ini,
antara lain:
1. Mengomunikasikan
gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah
bahasa Indonesia.
2. Menghasilkan
komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah
makna.
3. Menghasilkan
respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara.
4. Menghasilkan
target komunikasi yang diharapkan.
Selain
pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menurut persyaratan yang harus
dipenuhi oleh penggunga bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai degnan
tuntutan komunikasi.
Syarat-syarat
ketetapan pilihan kata:
1. Membedakan
makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang bermakna
lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat menimbulkan makna yang
bermcam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetika, dan
kesopanan.
2. Membadakan
secara cermat makna kata yang hamper bersinonim, misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakainnya berbeda-beda.
3. Membedakan
maksna kata secara cermat, kata yang miirip ejaannya, misalnya: inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh) dan syarat (ketentuan)
4. Tidak
menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang tepat
dalam kamus, misalnya: modern sering
diartikan secara subjektif canggih
menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti
banyak cakap, suka menggangu, banyak
mengetahui, bergaya intelektual.
5. Menggunakan
imbuhan asing (jika doperlukan) harus mengetahui maknanya secara tepat,
misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
6. Menggunakan
kata-kata idiomatik berdasarkan susuna (pasangan) yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
7. Menggunakan
kata umum dan kata khusus, secara cermat . umtuk mendapatkan pemahaman yang
spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata umum) corolla (kata khusus, seda buatan Tokyo).
8. Menggunakan
kata yang berubah makna dengna cermat, misalnya: isu (berasal dari kata inggris issue
berarti publikasi, kesudahan, perkara),
isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar
yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angina, desas-desus).
9. Menggunakan
dengan cermat kata bersinonim, misalnya: pria dan laki-laki, saya dan aku,
serta buku dan kitab; berhomofoni,misalnya: bang
dan bank, ke tahanan dan ketahanan;
dan berhomografi, misalnya: apel buah
dan apel upacara, buku ruas dan buku kitab.
10. Menggunakan
kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak konseptual, misalnya:
pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern. Kata konkret atau
kata khusus, misalnya: mangga, sarapan,
dan berenang.
Syarat- Syarat Memilih Kata Yang Tepat
Ketepatan kata adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.
Syarat-syarat kata yang
tepat :
1. membedakan
makna denotasi dan konotasi dengan cermat,
2. membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim,
3. membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya,
4. tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahamannya belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus,
5. menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat,
6. menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar,
7. menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat,
8. menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat,
9. menggunakan dengan cermat kata yang bersinonim, berhomofon, dan berhomografi,
10. menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
2. membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim,
3. membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya,
4. tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahamannya belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus,
5. menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat,
6. menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar,
7. menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat,
8. menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat,
9. menggunakan dengan cermat kata yang bersinonim, berhomofon, dan berhomografi,
10. menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
Hal yang utama mengenai diksi adalah
1.Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
2.Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kekompok masyarakat pendengar.
3.Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Makna Kata Dan Jenis-Jenis Makna Kata
Makna adalah hubungan
pertalian antara bentuk dan acuan. Contohnya kata rumah yang berarti tempat
tinggal. Rangkaian bunyi r-u-m-a-h adalah bentuk suatu kata, sedangkan tempat
tinggal adalah sesuatu yang diacu oleh bentuk kata tersebut.
A. MACAM-MACAM MAKNA
Secara
umum, makna kata dibedakan menjadi:
1. Makna denotasi
Makna denotasi adalah makna yang sesuai dengan makna yang terdapat dalam kamus.
Makna denotasi adalah makna yang sesuai dengan makna yang terdapat dalam kamus.
2. Makna konotasi
Makna konotasi adalah makna yang didasarkan atas perasaan tertentu atau nilai rasater tentu disamping makna dasar yang umum.
Makna konotasi adalah makna yang didasarkan atas perasaan tertentu atau nilai rasater tentu disamping makna dasar yang umum.
3. Makna leksikal
Makna leksikal adalah makna kata sebagai satuan bebas. Makna ini dapat disejajarkan dengan makna denotasi.
Makna leksikal adalah makna kata sebagai satuan bebas. Makna ini dapat disejajarkan dengan makna denotasi.
4. Makna gramatikal
Makna gramatikal adalah makna suatu satuan bahasa yang dimiliki melalui proses gramatikal.
Makna gramatikal adalah makna suatu satuan bahasa yang dimiliki melalui proses gramatikal.
5. Makna idiomatic
Makna idiomatik adalah makna yang terdapat pada kelompok kata tertentu yang tidak dapat ditelusuri asal-usul kemunculannya. Makna ini bersifatkiasan.
Contoh:
keras kepala, yang berarti susah diatur bukan berarti kepala yang keras.
Makna idiomatik adalah makna yang terdapat pada kelompok kata tertentu yang tidak dapat ditelusuri asal-usul kemunculannya. Makna ini bersifatkiasan.
Contoh:
keras kepala, yang berarti susah diatur bukan berarti kepala yang keras.
B. PERGESERAN MAKNA KATA
Pergeseran Makna Kata
adalah perubahan makna suatu kata yang diakibatkan karna perbedaan kurun waktu
pemakaian atau pertukaran tanggapan dari pancaindra yang merespon kata itu.
Kata manis akan beda maknanya jika ditanggapi atau direspon oleh indra penglihatan. Contohnya; wajahmu manis sekali.
Kata manis akan beda maknanya jika ditanggapi atau direspon oleh indra penglihatan. Contohnya; wajahmu manis sekali.
C. JENIS-JENIS PERGESERAN MAKNA
1. Meluas
1. Meluas
Makna meluas yaitu
makna kata yang sekarang lebih luas dari makna asalnya Contoh: kata bapak,
makna asalnya adalah orang tua laki-laki, namun sekarang kata ini berlaku bagi
semua orang dewasa laki-laki yang dihormati.
2. Menyempit
Makna menyempit yaitu
makna kata yang sekarang lebih sempit atau terbatas dari makna asalnya. Contoh;
ulama, makna asalnya adalah semua orang yang memiliki pengetahuan yang luas,
tapi sekarang maknanya adalah pemuka agama islam.
3. Peyorasi
Makna peyorasi adalah
makna yang sekarang lebih rendah nilai rasanya dari makna asal. Contoh: kata
abang, dulu kata ini digunakan untuk sebutan kakak laki-laki, namun sekarang
kata ini digunakan untuk orang laki-laki yang berstatus rendah, seperti abang becak,
abang tukang bakso, dll.
4. Ameliorasi
Makna ameliorasi adalah
makna yang sekarang lebih tinggi nilai rasanya dari makna asal. Contoh: kata
istri atau nyonya memiliki nilai lebih tinggi daripada bini.
5. Asosiasi
Makna asosiasi adalah
perubahan makna akibat adanya persamaan sifat. Makna baru hasil asosiasi ini
menunjukan makna kiasan. Contoh; kata kunci bermakna alat pengancing pintu .
Akan tetapi, dalam dunia pengajaran, kunci berarti jawaban soal-soal yang telah
disediakan oleh penbuat soal.
6. Sinestesia
Makna sinestesi adalah
perubahan makna akibat adanya perbedaan tanggapan antara dua indera yang
berbeda. Contoh: Wajahnya manis sekali.
Kata manis sebenarnya untuk indera perasa lidah.
Kata manis sebenarnya untuk indera perasa lidah.
D. PERTALIAN BENTUK KATA
Istilah bentuk kata
mengacu pada tulisan atau ucapan suatu kata. Dalam pemkaian bahasa sering
menjumpai kata-kata, baik lisan ataupun tulisan, yang menunjukan kesamaan.
Pertalian bentuk kata dibedakan manjadi:
1. Homonim
Homonim adalah dua kata atau lebih yang ejaan atau ucapannya sama, tetapi artinya berbeda.
Contoh: Santi sedang menanam bunga di halaman (tanah di depan rumah).
Gambar kucing itu terdapat pada halaman dua (muka dari lembaran buku).
Homonim adalah dua kata atau lebih yang ejaan atau ucapannya sama, tetapi artinya berbeda.
Contoh: Santi sedang menanam bunga di halaman (tanah di depan rumah).
Gambar kucing itu terdapat pada halaman dua (muka dari lembaran buku).
2. Homofon
Homofon adalah kata-kata yang bunyinya sama, tetapl tulisan (ejaannya) berbeda. Contoh:
Masa lalu wanita itu kurang baik (waktu/tempo).
Pencuri itu dihajar massa (masyarakat).
Homofon adalah kata-kata yang bunyinya sama, tetapl tulisan (ejaannya) berbeda. Contoh:
Masa lalu wanita itu kurang baik (waktu/tempo).
Pencuri itu dihajar massa (masyarakat).
3. Homograf
Homograf adalah dua kata atau lebih yang ejaan atau tulisannya sama, tetapi artinya berbeda.
Contoh:
Yuni sedang makan tahu (sejenis makanan).
Ia tidak tahu kalau ayah sedang marah (mengetahui).
Homograf adalah dua kata atau lebih yang ejaan atau tulisannya sama, tetapi artinya berbeda.
Contoh:
Yuni sedang makan tahu (sejenis makanan).
Ia tidak tahu kalau ayah sedang marah (mengetahui).
4. Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna. Istilah ini menunjukan kemungkinan adanya satu kata yang memiliki banyak arti. Makna polisemi ini berasal dari kata yng sama. Contoh:
Kakinya luka sehingga dia tidak bisa berjalan cepat (salah satu bagian anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan).
Anak-anak pramuka itu berkemah di kaki hutan (tepi hutan).
Polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna. Istilah ini menunjukan kemungkinan adanya satu kata yang memiliki banyak arti. Makna polisemi ini berasal dari kata yng sama. Contoh:
Kakinya luka sehingga dia tidak bisa berjalan cepat (salah satu bagian anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan).
Anak-anak pramuka itu berkemah di kaki hutan (tepi hutan).
Komentar
Posting Komentar